Penulis:

Palu, Seraya.id – , menurut Wikipedia, menyerap Belanda: Symbool, berarti melempar bersama-sama.

Bila ditafsirkan, melempar atau meletakkan bersama-sama dalam satu ide atau gagasan objek yang nampak, sehingga objek tersebut mewakili gagasan.

Simbol mampu mengantarkan seseorang ke dalam gagasan masa depan bahkan berbalik ke masa lalu.

Simbol tentu punya nilai, baik bersifat permanen bagi sekelompok orang, juga tentu bersifat sangat sementara bagi segelintir atau kelompok lain. Artinya, nilai sebuah simbol bisa sangat dinamis atau bisa permanen tanpa dinamika.

Pun beragam interpretasi atas sebuah simbol bisa muncul dalam berbagai situasi dan kondisi. Dari yang sangat sederhana sampai paling rumit.

Tuhan, melalui sejumlah utusannya begitu banyak menurunkan ragam simbol, agar pesan-pesan kesejatian-Nya terjangkau mudah dipahami.

Tetapi juga sekaligus melatih daya nalar manusia, guna menyelami  taburan manfaat yang tentu bisa direngkuh di medium simbol itu sendiri.

  • Penyembelihan Domba Pengganti Ismail oleh Ibrahim Simbol Pembebasan Nafsu

Domba yang disembelih oleh Ibrahim guna menggantikan Ismail tidak hanya dimaknai sebagai hewan ternak yang pantas dikorbankan.

Seribu bisa bersembunyi di baliknya, sehingga domba pun laik dimaknai nafsu kebinatangan yang harus dilenyapkan dari diri manusia -jika berkeinginan menjadi diri lebih baik-.

Selanjutnya, simbol berkorban dalam bentuk menyisihkan separuh harta di berbagai ajaran, dimaknai nyaris sama. Bahwa nilai bersemayam di balik hak orang lain yang melekat pada harta seseorang.

  • Simbol Uang, Simbol Belenggu

Kemudian berkembang simbol uang yang sarat nilai. Padahal sejatinya uang diawali pertukaran barang antar manusia kala itu. Kemudian berevolusi dalam bentuk mata uang, crypto, e-money, dan lain sebagainya.

Belakangan terasa simbol-simbol ini justru semakin mengikat gerak kehidupan manusia.

Simbol satu ini menjelma menjadi ukuran nilai bagi sebagian besar makhluk berjuluk manusia di muka bumi.

Bahkan kian terasa vulgar di era media sosial yang menyerbu -ruang maya, kala flexing kekayaan berselimut simbol menjamur tanpa malu.

Kendati sekadar mengampanyekan pada khalayak, bahwa ukuran  orang sukses dalam kehidupan dunia diukur dari jumlah materi, simbol uang itu sendiri.

Baca Juga
  • Rengkuh Makna Tampik Simbol Nirmakna

Maka sekali lagi, latihan uji nalar dituntut agar kita tak mudah takluk tergiur simbol yang belum teruji nilai hakikinya.

Sebijaknya jangan pernah terjebak pada simbol nirmakna.

(Penyunting: MFS Lanoto)