Penulis:

Palu, Seraya.id – Seluruh benda yang mewujud di dunia ini tercipta melalui sebuah entah panjang entah pendek. Apapun bentuk dan dimensinya. Begitu pun semesta beserta isinya, tak terkecuali.

Cerita tentang penciptaan manusia di awal kejadian adalah bentuk dari simplified process yang bisa diceritakan dengan mudah untuk menunjukkan kekuasaan Sang Pencipta.

Bahwa Adam dibuat dari segumpal tanah sudah menjadi ajaran umum sebagian besar sebaran agama di muka bumi.

  • Personifikasi Kun Fayakun Terselip Pelik

Namun pastilah tidak sesederhana itu. Teori evolusi manusia memang menuai pro kontra.

Benarkah kun Fayakun itu seperti apa yang manusia bayangkan? Seperti yang layak di mafhumi, bahwa makhluk ciptaan Al-Khalik yang bernama manusia ini senang memersonifikasi mutlaknya Pencipta.

Bahkan tak jarang Dia yang Maha Esa pun bisa digambarkan sesuai kehendak hatinya. Mungkin juga rasa-rasanya terselip pelik.

  • Tahap Semai, Triwulan Padi, Hasil Eram yang Tak Sesederhana Pikir

Jika kun fayakun sesederhana pikir itu, maka, tak perlu menunggu padi menguning dan siap dipanen dalam rentang triwulan.

Tak perlu menunggu awan berkumpul terganti hujan.

Tak perlu menunggu buah-buahan berkembang dari semai, pohon, bunga hingga manisnya hasil alam yang siap dipetik itu.

Tak perlu menunggu lamanya ayam mengerami telur agar anaknya berhasil menghirup udara dunia.

Masih banyak lagi alam memberikan contoh bagaimana proses setiap kejadian adalah mutlak adanya. Dan bisa sangat beragam bentuk dan rentang waktunya.

  • Alih Simsalabim Fasih Kun Fayakun

Dan semua itu adalah bagian dari kun fayakun. Dan tak perlu bahkan tak harus ada ragu akan hal itu.

Untuk itu jangan pernah percaya dengan dongeng cilik yang bercerita tentang sebuah kejadian lewat simsalabim.

Jika perlu ajarkan anak dengan setiap rinci proses kejadian yang mudah dipahami.

Baca Juga

Agar kelak mereka bisa menghargai sebuah proses yang berjalan dengan seluruh dinamikanya.

Hasil sepenuhnya hak prerogatif sang Pencipta. Dan hasil pasti tidak pernah mengingkari upaya dan proses yang dilalui.

  • Suka Duka Tahap Panjang Mi Instan

Proses juga bisa mendewasakan manusia karena di dalamnya ada duka juga suka yang menyertai.

Proses juga mengajarkan bagaimana menghargai waktu.

Proses juga membuat adrenalin membuncah karena menunggu hasil yang tentatif wujudnya.

Proses juga bisa dibarengi dengan sikap protagonis dan antagonis sekaligus.

Dan proses juga memberikan kenikmatan-kenikmatan pencapaian dari satu titik ke titik berikutnya.

Andai kita bisa menikmati setiap detik proses yang sedang kita jalani, maka tidak pernah ada kata “instan”.

Sekalipun disebut mi instan, sulit memisahkan proses panjangnya. (Penyunting: MFS Lanoto)