Penulis: Singgih Budi Prasetyo Arif Alam – Mengarifkan Teknologi
Palu, Seraya.id – Umur bumi 4.54 milyar tahun. Tua? Pasti, jika dibandingkan usia rata-rata manusia yang mendiami.
Muda? Mungkin, jika dibandingkan 13,8 milyar tahun usia alam semesta.
Tua ataukah muda, yang pasti bahwa mengenal lebih jauh tentang planet ini sifatnya wajib.
Mari persepsikan bumi yang ditinggali manusia ini sebagai representasi alam semesta. Mengingat rentang pantau manusia secara kasat mata hanya sebatas sawah, gunung, pantai dan sungai serta sekelilingnya.
Pun rentang pantau waktu rata-rata manusia juga terbatas. Enam puluh sampai tujuh puluh tahun adalah tenggat rata-rata yang dijalani seorang manusia.
Bagaimana kondisi sungai di kampung saat ini dibandingkan saat masih anak-anak? Masih adakah mereka yang riang gembira mandi bersama?
Loncat dengan gagahnya dari ketinggian rel kereta api yang melintang di atas sungai. Atau sudah menjadi tempat membuang sampah dari kampung-kampung yang asri awalnya.
Bagaimana sawah di kampung saat ini? Masih kah seluas kala 40-50 tahun silam?
- Sepeninggal Masa Lestari Desa
Atau sebagian besar sudah berubah menjadi perumahan bahkan real estate mewah. Sehingga anak-anak kompleks di perumahan itu tak mengenal asal muasal nasi yang mereka makan setiap hari.
Bagaimana garis pantai tempat bermain kala masih bocah. Masihkah pasir bersih bersama deburan ombak yang menyenangkan tetap eksis? Di mana tempat ini sering digunakan sebagai wahana penyembuhan berbagai macam luka, baik luka baru maupun lama.
Atau sudah berubah menjadi tempat wisata komersial yang tak pernah menjaga nilai-nilai kebersihan?
Bagaimana gunung dan bukit di sekitar tempat tinggal? Apakah masih ada pohon-pohon besar yang untuk memeluknya dibutuhkan beberapa rentang tangan bocah.
Atau sudah menjadi tempat wisata yang dipenuhi sampah dan corat-coret grafiti tak jelas maknya?
- Kebimbangan Nasib Alam 100 Tahun Kemudian
Maka kemudian jika rentang pantau manusia ditarik seratus tahun kedepan, fenomena apalagi yang akan terjadi pada sawah, sungai, pantai dan gunung disekitar tempat tinggal manusia.
Tidakkah memori tentang keindahan, kenyamanan, keasrian tetap ingin dipertahankan? Agar hidup anak cucu memiliki kebahagiaan yang sama.
- Arif Alam – Mengarifkan Teknologi
Perkembangan teknologi tentu akan sangat jauh berubah. Dan itu membawa dampak kepada perubahan bentang alam.
Tetapi agar umur bumi ini bisa bartahan lama, maka suka atau tidak, alam harus tetap mampu mngimbangi pesatnya perubahan.
Maka kearifan alam begitu penting diserap guna mengarifkan ketatnya saing teknologi.
Sejatinya manusia sebagai penghuni bumi yang merepresentasikan alam semesta ini wajib memelihara sekaligus merawatnya. Demi alam tetap memiliki kemampuan mendukung perikehidupan manusia di atas muka bumi ini hingga rentang usia selama-lamanya. (Penyunting: MFS Lanoto)