Seraya.id, Dalam suasana perhelatan festival -/féstival/ n hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan bersejarah; pesta rakyat- mafhumnya sebagai ajang luapan kesenangan, tapi mungkin juga ada rasa yang tenang, sedih bahkan rumit sekalipun terkemas dalam kesenangan itu tadi, bagi orang-orang yang menyambanginya.

Seperti dalam hiruk-pikuk Titik Temu, sebuah festival persembahan muda-mudi berkecimpung di dunia karya dan kreasi Kota Palu, , berhasil mendatangkann 2.500 diri lintas baya, sejak siang sampai malam di Jodjokodi Convention Center (JCC), 21-22 Oktober 2023.

Jumlah 2.500 pengunjung yang dipastikan Adjust Purwatama selaku Program Manager kepada Seraya.id pada esok harinya, Minggu, pukul 15:47, adalah lonjakan cukup baik dari pengenalan sekaligus gelaran perdananya pada 11-12 November 2022 silam.

Acara karib disebut itu masih mengutamakan penampilan musik -band, solois, grup sanggar seni, rapper, dll-, meski tak kalah kuat daya pikat dari pelbagai ragam stan diisi kuliner, mode/pakaian, dagangan buku, lukisan, kerajinan, hias kuku dan tato, panggung dialog, bioskop, tempat bermain PS dan permainan lainnya, hingga stan legalisasi merk dan karya seni.

Penyediaan puluhan lapak campuran tersebut adalah bentuk kesungguhan Adjust, Ince Iwan bersama Andika Pramulia dan Inu Putra Pratama selaku pemrakarsa FTT, serta puluhan panitia lainnya dalam menyampaikan pesan, bahwa Bumi Tadulako Palu patut dan mampu jadi perhitungan bahkan pemicu ide pihak-pihak di luar sana yang ingin dan sedang menggarap bidang festival urban ini.

Menariknya membahas teknis diungkapkan Adjust, justru FTT kali ke dua ini lebih sedikit menampilkan band dibanding tahun sebelumnya.

“Kalau band agak kurang dari tahun lalu. Cuma yang bikin beda dari tahun lalu itu kami ada (menampilkan) special show (band) yang diajak khusus biar beda dengan tahun lalu dan kasih tantangan baru juga buat band,” tutur Adjust di sisi kiri panggung medium.

Konsep kolaborasi dipantik Adjust dkk, kepada band dengan band yang bukan hanya salah satu personil, yang ditampilkan oleh Rakesh dengan Beach Bizzy bertema Invidel Spring.

Special show lainnya datang dari rock lawas Palu, The Box yang khusus membawakan lagu-lagu di album kedua berjudul Sampai Mati.

Kemudian band The Hauler Rawk bermain instrumen yang mengutamkan pertunjukan perang pedang Lightsaber ala film Star Wars.

Grup musik CMGN merayakan 1 dekade di atas panggung RNR yang berduet dengan eks Bassist, Iwin.

Serta Prince Of Mercy yang mempersembahkan konsep baru lewat penyesuaian mood para personel. Mereka berkolaborasi dengan rekan-rekan yang sukarela bersukaria di atas panggung.

Sementara segi panggung pun memberi pikat tersendiri. Selain RNR dan Sub Stage, dua panggung lainnya bernama Fractions (mayoritas menampilkan band-band cadas) dan Temu, dibilang Adjust sengaja disajikan yang turut mendongkrak tambahan pengunjung.

“Kenapa banyak (panggung)? Ya kami mau membiasakan (orang) di Palu ini berfestival musik. Memang kalau festival itu panggungnya banyak, waktunya (penampilan) bertabrakan semua,” imbuhnya.

“Nah festival musik itu nyawanya bukan hanya musik atau band, tapi aktivasi yang ada di dalam, program-programnya juga. Makanya tahun ini banyak program dan panggung,” urai pria yang berpengalaman di belakang panggung acara musik ini.

Sebagai warta, sebelum Hari-H, FTT lebih dulu menjajaki 3 kabupaten yakni Banggai (Luwuk), Poso dan Toli-Toli layaknya tour dalam rangakaian tajuk Menuju Titik Temu yang menyajikan: Gelar Wicara, Pameran Komunitas, Riding & Pameran Motor Kustom, Lapak UMKM, Permainan & Kuis.

Suguhan FTT mengangkat gambar meteor dan angkasa, tumbuhan, hingga fenomena B3 (buaya berkalung ban) -meski buaya itu sudah terbebas dari ban motor di lehernya- tahun ini, diramu sampai berakhir sukses demi menyemai ihwal-ihwal bidang kesenian pun industrinya, sampai ke diri dengan berupa rasanya.

Penulis: MFS Lanoto