Seraya.id, Palu – Kesuksesan hajatan Festival Titik Temu karib disebut pada 21-22 Oktober 2023, besar dipengaruhi oleh hadirnya beragam pelaku usaha atau UMKM dan penyediaan menarik lainnya.

Partisipan-partisipan itu mewarnai keseruan ramainya gelegar suara musik 4 panggung FTT yang saling bersahutan. Mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi sekitar 2.500 jumlah pengunjung saat itu.

Terlepas itu, 1 fakta menarik mencuat di helatan FTT. Sejumlah hingga 40 merk usaha baik individu maupun berbentuk lembaga, begitu mujur melapak sebab tidak merogoh duit biarpun satu rupiah.

Bebas bayar tersebut pun berlaku kepada puluhan band atau penampil, yang unjuk gigi di Jodjokodi Convention Center (SCC) sebagai venue FTT kali kedua ini.

Mereka semua diungkapkan Program Manager FTT Adjust Purwatama saat ngobrol kepada redaksi Seraya.id, berujar, sebelumnya hanya cukup mendaftar sebagai peserta, kemudian panitia mengkurasi para pendaftar.

“Semua peserta (non musik) ini tidak ada yang bayar, (hanya) by kurasi. Daftar, nanti kami kurasi baru bisa masuk. Sama sekali tidak ada yang bayar,” ucap Adjust.

Lebih menarik lagi kalau FTT Adjust bilang juga tak menerapkan bagi hasil satu persen pun antara penyelenggara dengan peserta.

“Tidak ada (bagi hasil dari keuntungan peserta). Keuntungan yang mereka dapat ya mereka kantongi semuanya. Serius,” tegas Adjust.

“Kalau rugi sebenarnya tidak, karena FTT festivalnya kita-kita. Gampangannya karena kami membentuk kolaborasi sih,” ringkasnya tanpa merinci kalkuasi kebutuhan biaya.

Belum usai, sekira 46 band atau penampil ucap Adjust, penyelenggara justru menggelontorkan biaya apresiasi ke beberapa diantaranya.

Sebut saja alasan, penerapan terkesan (Kaili red: bijaksana) itu sederhananya karena FTT adalah festival milik bersama orang Palu dan sekitarnya.

Pun demi meramu tumpu kawula muda-paruh baya Bumi Tadulako atas hiburan-hiburan dalam .

Mewakili puluhan panitia penyelenggara, Adjust berharap lewat FTT mampu mengumpulkan hiburan dan ceria cerita lintas kalangan yang hadir, sekaligus menekankan FTT harus menjadi ajang tiap tahun milik anak-anak Palu secara lebih massif dan berkancah nasional hingga dunia.

Penulis: MFS Lanoto