Penulis: Singgih Budi Prasetyo
Palu, Seraya.id – Dimensi manusia senyatanya memang sangat bergantung pada ruang dan waktu.
Sejarah peradaban yang menampilkan kejadian atau peristiwa aktivitas manusia sejak penciptaan hingga generasi milenial, menampilkan bermilyar wajah. Dan ini terjadi berdasarkan ruang dan waktu tertentu.
Pun ajaran agama yang sejatinya “hanya” ditujukan untuk memperbaiki perilaku manusia, tak luput dari berjuta wajah kejadian sepanjang sejarah peradaban.
Bahkan begitu pentingnya asbabun nuzul -suatu ayat yang mengikat ruang dan waktu- sampai-sampai harus disebut dalam setiap rujukan agar tidak terjadi misinterpretasi.
- Dimensi Waktu Mengemban Tugas Tuhan
Seluruh cerita tentang nabi, berdasarkan runutan nabi pendahulu dengan nabi-nabi berikutnya dalam rentang waktu yang sangat panjang.
Dan runtutan sejarah yang demikian panjang tersebut, bermuatan penuh dengan gambaran nilai-nilai ajaran masing-masing nabi yang disebarkan di setiap runut waktu itu sendiri.
Nabi Yakub adalah putra Nabi Ishaq, adalah juga cucu Nabi Ibrahim.
Sejarah mencatat bagaimana ketiga nabi bekerja atas nama Tuhan semata demi memperbaiki perilaku manusia dalam dimensi waktu dan ruang berbeda-beda.
- Delineasi Organ Dada Manusia
Ruang kejadian masa lalu dari berbagai sejarah peradaban yang didelineasi oleh topografi kewilayahan juga memberikan cerita-cerita sesuai kondisi kewilayahannya.
Nabi Ibrahim meninggalkan jejak sejarah di Irak.
Nabi Isa meninggalkan jejak sejarah di Bethlehem, West Bank.
Nabi terakhir, Muhammad SAW, meninggalkan jejak sejarah di Mekkah dan Madinah.
Dari sejarah yang mencatat rentang waktu dan rentang kewilayahan tersebut ternyata berujung pada tujuan akhir perbaikan organ segumpal daging dalam dada manusia.
- Pati Hati Melampaui Ruang & Waktu
Hati, nama organ itu, menjadi target utama dari ribuan bahkan jutaan cerita kejadian yang kemudian ditarik sari patinya pada ajaran inti setiap agama.
Jika benar bahwa organ yang satu ini adalah inti sejati dari perilaku manusia yang dapat dikendalikan oleh sang empunya, maka ruang dan waktu rasanya memang tak lagi dibutuhkan.
Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Yakub, Nabi Isa, Nabi Muhammad SAW dan nabi-nabi lain seharusnya hadir di setiap waktu dan di setiap tempat pada organ pengendali diri ini.
- Peluh Suci Jerih Menghidupi
Tak perlu lagi menunggu bulan Ramadan untuk berbuat baik. Tak perlu berlari-lari kecil dari Safa dan Marwa guna mendapatkan air suci.
Karena sejatinya lari-lari kecilmu dalam berusaha menghidupi diri dan keluargamu itulah saatnya akan kau dapati air suci berwujud peluh sesungguhnya.
Tak perlu menunggu pergi ke tanah suci agar dapat ber-tahalul, memotong hawa nafsu.
Cukup saat ini dan di sini.
Hingga akhir. (Penyunting: MFS Lanoto)