Seraya.id, Palu – , tajuk besutan sutradara Wregas Bhanuteja perdana menyebarkan rangkaian kisah fenomena laku manusia tahun belakangan hingga kini di layar bioskop seluruh pada Kamis, 2 November 2023.

Film bergenre drama yang mengurai lika-liku tantangan penuh emosi atas upaya seorang guru BK (Bina Konseling) bernama Ibu Prani (Sha Ine Febriyanti), punya metode unik dan beda mendidiktempa mental anak sebaya SMP.

Prani, di menit awal film memperlihatkan bagaimana dirinya memandu kesadaran psikis salah satu siswanya yang mencibir siswa lainnya dengan kata-kata buruk seperti bodoh, goblok, tolol, ubur-ubur (hewan tak memiliki otak), lewat pembelajaran video daring dengan mencontohkan dua wadah pertumbuhan kecambah.

Juga metode Prani memberi sanksi atas kesalahan siswa yang dia sebut dengan refleksi itu, pun menyimpan kesan tersendiri oleh para mantan siswanya atau alumni.

Sementara mempersiapkan diri untuk ujian menjadi Wakepsek Kesiswaan di yayasan tempatnya mengajar, Prani senantiasa mendampingi pemulihan suami tercinta, Didik diperankan Dwi Sasono, yang mengidap gangguan kesehatan jiwa macam Anxiety dan Bipolar.

Alih-alih telah matang menyiapkan testing kenaikan jabatan tersebut, Prani mengalami peristiwa tidak menyenangkan di pasar saat ingin membelikan putu kesukaan Didik, usai sebelumnya perintah dari Prani untuk dua anaknya Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda) membeli putu itu mereka tolak.

Saat mengantre pembelian putu, Prani memprotes pengantre lain hingga terjadi cekcok lantaran perilaku ‘serobot antrean sebagai budaya negeri +62' yang diucapkan Tita berperan musisi independen sekaligus aktivis di menit terpisah.

Cekcok tersebut berujung viral di sosial imbas rekaman video oleh masing-masing ponsel pengantre lainnya. Karena potongan ucap Prani terkesan asu (anjing) yang semestinya ah suwi (bahasa Jawa: ah lama) sekaligus jadi momen mula meningkatnya kerumitan hidup Prani sekeluarga.

Muklas yang berprofesi sebagai vlogger dengan bahasan ‘Animalus' pun, mengalami kemerosotan jumlah pengikut dan penonton, karena konten maupun artikel yang ‘digoreng' menjadi meme anekdot warganet.

Serta santapan artikel berbau clickbait oleh media massa online bernama Gaung Tinta oleh pemeran vokalis band Fourtwnty Ari Lesmana, bernama Tunas Anuraga berperan jurnalisnya.

Sepenggalan cerita film Budi Pekerti di atas -hasil catatan penulis ini usai menonton di XXI PGM Palu, Kamis (2/11/2023) pukul 12:15- dinilai mampu menggiring batin naik jadi emosi: marah, ketawa, sedih, resah. Karena mampu mengelaborasikan tantangan bidang media, psikologi dan pendidikan di masa pesat digital saat ini.

Dibumbui perang sosmed yang ditampilkan Wregas bersama produser Adi Ekatama, Ridla An-Nuur, Willawati dan Nurita Anandia W, antara keluarga Prani dengan Gaung Tinta dan pihak lainnya, dihadirkan dalam mayoritas segmen film berdurasi 111 menit itu, persis yang nyata terjadi di dunia maya.

Seolah pesan atau makna yang hendak disampaikan Wregas dalam Budi Pekerti, nyata mencerminkan fenomena cyber bullying yang sudah di fase marak lintas orang-orang dalam dunia maya.

Bahkan meski tak spesifik, Wregas pun ‘menyentil' perilaku awak media massa/arus utama dewasa ini dalam naskah Budi Pekerti, yang diucapkan Tita bahwa “media cenderung hanya memikirkan clickbait tanpa memikirkan psikologis pedagang (atau sebut saja seseorang)”.

Tak heran film Budi Pekerti merengkuh tayang perdananya di Festival Film Internasional Toronto pada 9 September 2023.

Film itu juga terpilih sebagai official selection di SXSW Sydney 2023 Screen Festival yang akan berlangsung pada 15-22 Oktober 2023 di Sydney, Australia serta terpilih menjadi film pembuka di Jakarta Film Week (JFW) 2023 pada 25-29 Oktober 2023 silam.

Penulis: MFS Lanoto