Seraya.id, Gorontalo – Pencanangan Festival Kota Tua yang akan dihelat oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo, Provinsi Gorontalo menuai ragam polemik di kalangan masyarakat, seperti mahasiswa dari Komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) IAIN Gorontalo yang menolak tegas festival tersebut pada November 2023 nanti.
Terdapat dua alasan lembaga itu yang disampaikan pada Jumat (6/10/2023) lalu, pertama berhubungan dengan proyek revitalisasi kawasan Kota Tua yang tak kunjung rampung. Kedua, dana Festival Kota Tua terlampau besar, yang mestinya dana sebesar itu digunakan untuk membantu ekonomi masyarakat sekitar.
Menurut mereka, perekonomian Kota Gorontalo saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sementara pelaksanaan Festival Kota Tua di tengah masyarakat yang serba kesulitan, merupakan pilihan yang kurang bijak.
Menjawab permasalahan tersebut, Pemkot Gorontalo menghelat rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) diperluas, bertempat di Rumah Dinas Wali Kota Gorontalo, Senin (09/10/2023). Dalam rapat tersebut membahas tentang manfaat dan tujuan Festival Kota Tua.
Wali Kota Gorontalo Marten Taha, mengatakan bahwa untuk menghindari berbagai persepsi negatif dalam pelaksanaan kegiatan Festival Kota Tua, perlu ada sosialisasi yang lebih massif tentang manfaat, tujuan serta latar belakang pelaksanaan kegiatan tersebut.
“Kemudian perlu mempercepat akselarasi penyelesaian berbagai kegiatan yang ada di lingkungan lokasi pelaksanaan Festival Kota Tua tersebut, sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif juga untuk pelaksanaan kegiatan ini,” ungkap Wali Kota Marten.
Marten menjelaskan, manfaat dari Festival Kota Tua bukan hanya untuk kepentingan Pemda saja, namun juga untuk kepentingan masyarakat seperti pertumbuhan UMKM serta dari sisi sosial mempersatukan, serta mengharmonisasikan etnis masyarakat yang berbeda-beda.
“Harusnya festival ini menjadi solusi, baik dari sisi (peningkatan) ekonomi karena UMKM bisa maju, juga dari sisi sosial karena mempersatukan masyarakat,” ucapnya.
Marten meminta agar masyarakat serta mahasiswa dapat melihat lebih jauh lagi manfaat dari penggelaran pagelaran ini.
Bahkan Marten menilai di masa politik seperti sekarang, banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab akan menunggangi setiap demonstrasi dari para mahasiswa untuk mencari panggung popularitas.
Sebagai informasi, berikut latar belakang pelaksanaan Festival Kota Tua Gorontalo:
- Kawasan Kota Tua merupakan warisan kekayaan budaya Kota Gorontalo.
- Warisan cagar budaya yang ada di kawasan Kota Tua sudah banyak yang diubah keasliannya karena ketidakpahaman masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan peninggalan objek budaya.
- Menciptakan peluang pasar bagi pelaku UMKM sebagai wujud memberdayakan UMKM.
- Menciptakan destinasi baru bagi Gorontalo.
- Menjadi bagian dari upaya agar Pemkot Gorontalo dapat menjadi anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di bawah binaan Kementerian PUPR, sehingga diharapkan memperoleh sumber pendanaan baru melalui program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yang merupakan program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Deriktorat Jendral Cipta Karya Direktorat Binaan Penataan Bangunan bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Program P3KP diselenggarakan sejak 2022, dengan memperkenalkan kementerian, swasta dan pemerintah, (Public-private partnership) kepada pemerintah kabupaten/kota dalam mendorong sumber-sumber pendanaan alternatif dalam pengembangan kota pusaka. (jr)