Seraya.id, Sienjo – Bakal Calon Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah (Bacagub Sulteng) periode 2024-2029 H. Ahmad Ali, menyambangi Desa Sienjo dan Desa Sibalago, Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng pada Kamis, 4 Juli 2024 yang mengalami .

Mad, karib sapaannya, didampingi sang istri dan anak bungsu yakni Dr. Hj. Nilam Sari Lawira (NSL) dan Anugerah Pratama seketika berbaur dengan ratusan masyarakat korban musibah itu.

Mad kepada Seraya.id disela tinjauan itu, mengungkapkan kontan mengerahkan seluruh sumber daya, baik tenaga manusia dan sarana seperti alat berat dari perusahaan tambak udang vaname miliknya di desa tetangga Sienjo yakni Pinotu.

Langkah menghentikan seluruh giat perusahaannya itu, diperintahkannya guna menormalisasi sesegera mungkin sungai sebagai sumber banjir, yang masih meluapkan material dan airnya ke pemukiman dan jalanan.

Sebab kata Mad, lahan pertanian warga setempat pun terdampak rusak parah.

“Apalagi ini masuk [masa] musim panen oleh petani. Nah ini salah satu yang perlu di atasi segera, sambil menyediakan kebutuhan darurat para korban,” tutur Mad di titik banjir.

Dia menegaskan upaya ini atas nama kemanusiaan. Mad meminta seluruh pihak bersatu padu membantu para korban atas banjir yang sampai menimbulkan korban jiwa itu.

“Sekali lagi ini bukan tentang politik, tetapi ini atas nama kemanusiaan. Saya sangat prihatin atas situasi ini, sehingga saya berharap semua orang mampu menangani kejadian ini sesuai kemampuannya masing-masing,” imbuhnya.

Menurut informasi dari para korban setempat, sejak hari pertama kejadian, karyawan dan peralatan perusahaan tambaknya itu telah bergotong-royong membuka akses jalan dan membuat jembatan darurat yang mengisolasi wilayah tersebut.

pun mendesak pihaknya termasuk pihak-pihak seperti pemerintah setempat untuk secepatnya menormalisasi sungai yang menjadi sumber banjir, yang masih meluap ke rumah dan jalanan.

Sebelumnya, sekira dua pekan lalu saat awal terjadinya banjir Sienjo – Sibalago, Mad sedang melaksanakan ibadah haji sembari memerintahkan beberapa staf perusahaannya.

“Tapi [ternyata] ini di luar ekspektasi saya. Setelah saya tinjau langsung, nyatanya [keadaan] wilayah ini sudah dua minggu belum diapa-apakan. Maka saya memutuskan hentikan seluruh kegiatan di perusahaan saya untuk menormalisasi sungai karena lahan pertanian di sini makin tidak bisa diolah,” tandas Ahmad Ali. (sf)