Seraya.id, Palu – Sementara tahapan-tahapan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak se-Indonesia telah digulir KPU, nama-nama yang siap unjuk diri pun beriringan mencuat ke publik.
Tak kalah ramai dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kota Palu. Mulai pernyataan bahkan langkah serius beberapa sosok lewat mendaftar ke Parpol (partai politik) sebagai salah satu cara mengantarkannya ke kompetisi menggapai kursi penguasa daerah nomor wahid.
Namun kata wahid itu tidak diminati sosok pribadi Dr. Farid Rifai Yotolembah, M.Si, ketika mengumumkan ke publik melalui Seraya.id untuk siap andil jadi peserta Pilkada 27 November 2024.
“Saya kosong dua saja. Kalau semua kosong satu baru siapa wakilnya le,” sumringah Farid saat berbincang di ruang kerjanya, Jalan Sam Ratulangi, Kelurahan Besusu Barat, Kota Palu, Sulteng.
Posisi sekunder itu sudah diputuskan pria yang berkarir di birokrasi berstatus administrasi hingga berubah jadi daerah otonomi Palu sejak 27 tahun silam ini.
Farid berungkap, renungannya telah dia matangkan jauh-jauh bulan lalu sembari membekali diri dengan 3 komponen utama misinya menyasar Wakil Wali Kota Palu.
Kemaslahatan jangka panjang setiap PNS sejak jenjang pangkat terendah, contoh staf, sebagai komponen pertamanya.
Berdasar pengalamannya baik di luar maupun rekan dalam kantor sendiri, setiap seorang PNS bagi Farid, harus dipersiapkan sesuai bidang fungsi sampai jelang masa pensiun mereka.
“Ada hal-hal jadi beban pikiran saya. Ketika [seorang PNS] pensiun mau melakukan apa setelah itu? Padahal masing-masing sesuai bidang mereka dari awal sampai puluhan tahun menekuni karir itu punya segudang pengalaman. Kan sayang sekali seolah-olah hilang tanpa bekas ilmu yang diperoleh,” ungkap Farid.
Dia menjuluki misi pertama itu yakni Satu PNS Satu Inovasi. Peningkatan kesejahteraan PNS macam guru, dokter, petugas data dan arsip, petugas teknis seperti konstruksi, pegawai syara masjid dan lain-lain patut dibina sejak awal hingga ambang purna.
“Ketika seseorang PNS pensiun nanti, seolah-olah selesai tanpa ada bekas. Setelah pensiun alangkah lebih bagusnya jika seseorang itu masih berperan terlibat membangun daerah,” imbuhnya.
“Karena kami ini kan berangkat dari jabatan fungsional, [sesuai nama jabatan] harus ada fungsinya sekalipun sudah pensiun dan tentu ini termasuk jabatan struktural Nah bagi saya OPD utama yang tepat menangani hal ini adalah BRIDA [Badan Riset dan Inovasi Daerah],” ungkap Farid.
Sekalipun ada gaji pensiun, bagi dia itu jauh dari kata sejahtera. Sehingga pentingnya menyiapkan ruang dan keuntungan hasil beragam karya pensiunan PNS yang dimanfaatkan masyarakat umum.
Pendapatan Asli Daerah akrab disingkat PAD sebagai komponen kedua, menurut penjabaran Farid jangan membebani masyarakat macam penaikan pajak atau sumber tarif lain, yang melangkahi batas sesuai aturan perundang-undangan.
“Wajib patuhi batasan, misalnya tidak boleh melampaui 10 persen pajak. Nah bagaimana caranya PAD ini bisa meningkat? Pendataan dirapikan dan maksimalkan,” ucapnya.
Perumpamaannya, pendataan jumlah rumah di Palu kemudian dikenakan pajak bumi dan bangunan (PBB).
Apabila dalam satu keluarga mewariskan beberapa rumah lain kepada keturunannya, wajib dikenakan PBB. Sementara menurut pengamatan Farid, banyak ditemukan warisan bangunan itu tidak dikenakan PBB.
Serta ketatkan pengawasan perputaran keuangan dari retribusi atau jasa yang dihadirkan Pemda, misal parkir tepi jalan. Serta mewujudkan kepercayaan antara masyarakat dengan pelaku pemerintahan setiap mengelola kas daerah.
Tawaran komponen ketiga adalah penataan ruang terpusat dan merata, dengan gambaran ringkas oleh Farid yakni antara Palu Timur dan Palu Barat yang dibatasi sungai purba Palu.
Ruang terpusat dimaksud adalah pemilahan kawasan perkantoran, pemukiman, pendidikan, pariwisata, perekonomian, bahkan area ekspor impor.
Tak luput status Palu sebagai kota jasa seraya mengelaborasikan makna ‘Palu Kota 5 Dimensi', baginya sudah selayaknya dihidupmajukan.
Terlebih wacana IKN Nusantara difungsikan tahun ini, akan jadi nilai lintas aspek tersendiri bagi Farid dalam memajukan Kota Palu, yang hanya menempuh 45 menit moda udara tiba di Penajam Paser Utara.
“Nah IKN ini sangat strategis dalam menunjang berbagai kemajuan pembangunan SDM dan SDA Kota Palu. Daerah kita yang ditetapkan sebagai penyangga karena berhadapan persis dengan kawasan itu, sudah waktunya Palu ini berkembang pesat dan tidak butuh waktu lama sampai di level maju. Dengan cara yang paling potensial adalah mengundang investor luar,” tandas pria 58 tahun ini.
Terlepas dari rincian panjang visi misinya atas tekad maju di Pilkada Palu di atas, Farid sedikit curhat tentang lintas pengalaman dan sarat ilmu yang dia tekuni sampai di pucuk karirnya sebagai Staf Ahli Gubernur Sulteng Bidang Ekonomi dan Pembangunan saat ini.
Impiannya ‘menyedekahkan' seluas mungkin ilmu, pengetahuan, serta praktek kepada masyarakat Bumi Tadulako, agar yang disebut kemajuan dan ketangguhan tiap SDM seiring nyawa kehidupan bersumber energi baru terbarukan dalam payung SDA mampu dirasakan perwujudannya.
Saat ditanya siapa sosok berpeluang menjadi kosong satunya di Pemilu itu, Farid sedikit bergeming bahkan tak menunjukkan gestur arah nama tertentu.
Sama halnya soal Parpol, mantan Kadis Pariwisata Palu ini pun belum mau banyak membahas warna dan bendera apa yang mau dan siap mengusungnya dalam pertarungan Pilkada Wali Kota – Wakil Wali Kota Palu untuk periode 2024-2029. (sf)