Habib Umar: Siapapun Tak Memiliki Otoritas Menentukan Nasib Orang Lain
Seraya.id, Palu – Jiwa luhur berselimut kesejukan begitu nampak dipaparkan ulama karismatik asal Hadramaut, negeri Yaman, Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, kala berhadapan dan disodorkan pertanyaan seorang kelompok LGBT.
Momen itu terjadi ketika Habib Umar menghelat perjalanan Rihlah Dakwah di Malaysia, tepatnya di Grand Barakah Hotel Ampang, Malaysia, Kamis malam, 25 Mei 2023.
“Saya mewakili Transgender atau golongan LGBT, saya ingin bertanya dengan Habib sendiri. Kami sadar kami bukanlah golongan yang perfect, kami pun buat banyak dosa,” seorang LGBT tersebut memulai pertanyaannya.
“Kebanyakan masyarakat telah menetapkan hukuman atas golongan seperti kami adalah (bertempat) di neraka. Apa pendapat Habib sendiri tentang golongan LGBT di dunia ini? (Meskipun) kami golongan LGBT ini masih lagi (sementara) jalan kepada Allah SWT,” bebernya.
Didampingi Habib Ali Zaenal Abidin Al Hamid sekaligus penerjemahnya, Habib Umar mulai menjawab dengan penyadaran seluruh orang bahwa terdapat dua jenis dosa, besar dan kecil.
Dosa kecil kata Habib Umar bisa dihapuskan oleh Allah lewat berbagai laku baik, sedang dosa besar tak akan diampuni Allah kecuali bertaubat kepada-Nya.
“Diceritakan ada seorang perompak yang merompak harta rombongan kafilah di tengah perjalanan. Kemudian para pejalan itu menghidangkan kopi kepada perompak itu, (namun) pemimpin perompak itu enggan meminum kopi tersebut,” ucap Habib Umar.
Alasan ketua perompak tak mau meminum kopi itu sebab dia tengah berpuasa. Lantas kafilah bertanya atas kejanggalan mereka, lantaran perompak itu merampas hak orang lain sementara dia berpuasa.
“Ya, saya melakukan banyak dosa tetapi saya tidak mau memutus hubungan kepada Allah biarpun hanya satu ibadah (puasa) yang saya ingin lakukan kepada Allah,” Habib Umar mengutip.
Suatu suasana beberapa tahun kemudian, perompak tersebut berpapasan dengan kafilah yang ia rompak di tengah pelaksanaan haji antara mereka. Maka kafilah itu sontak bertanya kepada perompak tentang perubahan diri yang dulu dan saat itu. “Ya inilah kesan daripada ibadah aku dulu yang tidak kuputuskan kepada Allah, inilah buah atau hasil atas upaya menghubungkan diriku kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala pada waktu itu (berpuasa),” pungkasnya.
Habib Umar kemudian mengingatkan agar seluruh umat Muslim senantiasa menjalin hubungan sebagai hamba Allah. Seperti antaranya menjaga salat lima waktu, salat berjamaah, hingga lebih baik lagi mendapat Takbiratul Ihram pertama saat salat berjamaah.
Selanjutnya kewajiban dari Allah yakni menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, berbakti kepada kedua orang tua, saling mengasihi dan menyebar kebaikan antar tetangga.
Dan satu tindakan yang tak kalah penting harus dihindari yaitu zalim, entah terhadap anak kecil hingga orang dewasa. Maka, bila menjaga hubungan kepada Allah lewat amal-amal di atas, Allah pasti menggapai tangan-tangan hamba-Nya itu untuk diberi petunjuk dan rahmat-Nya.
Ihwal hardik seseorang lewat hukuman terhadap orang lain di tempatkan di neraka, ujar Habib Umar, seseorang itu atau siapapun sama sekali tidak punya kewenangan atau otoritas menentukan nasib orang lain. Namun, yang menjadi ukuran nasib seseorang ada di penghujung usia hayatnya.
“Wahai Allah yang maha menerima taubat, terimalah taubat kami dan pandanglah kami,” tandas Habib Umar mengakhiri tanggapannya atas pertanyaan seorang perwakilan LGBT, tanpa sedikit pun memperlihatkan sikap hardik apalagi menghukum Transgender tersebut hingga usainya agenda itu. (MFS Lanoto)