•Kendati Tegas Sikapi Hengkangnya, Atha-Hamdin Berterima Kasih Ke Ahmad Ali & Kader NasDem Sulteng
Palu, Seraya.id – Dua mantan petinggi DPW Partai NasDem Provinsi Sulawesi Tengah, Atha Mahmud dan Mohamad Hamdin menghelat konferensi pers guna menyebarkan sikap politik mereka saat ini, pada Senin, 8 Mei 2023 di salah satu hotel di Kota Palu.
Konpers itu sekaligus menjawab berbagai tanggapan ramai yang timbul di tengah masyarakat umum Sulteng, khususnya saat mereka berpaling ke Partai Perindo.
Hamdin, di awal penuturannya menegaskan, keputusannya pindah bendera Parpol sebab ketidaksepemahamannya lagi dengan NasDem.
Utamanya tentang janji-janji politik NasDem Sulteng saat menggenggam kekuasaan, yang dianggapnya telah melenceng cukup jauh.
“Kan kita sudah tahu bagaimana (sebaran informasi) di media sosial seperti ada berbalas pantun, ada yang bahkan menagih hutang, aneh menurut saya. Seperti bukan sikap partai, lebih ke sikap individu lalu diklaim sebagai sikap partai. Membuat kader tidak jelas mau ke mana di kekuasaan hari ini. Itulah otokritik saya,” beber Hamdin.
Hamdin pun menilai semboyan NasDem yakni Membangun Sulteng Lebih Baik serta sebelumnya tentang Restorasi Indonesia adalah hal semu. Ditambah sikap NasDem menurutnya menjauhi para kadernya yang berkuasa.
“Restorasi ini kan barang semu, tidak jelas bentuknya apa. Harusnya bisa diwujudkan, contoh kita mampu memperbaiki sekian unit sekolah tak layak pakai, kemudian kita mampu menyerap sekian ribu tenaga yang belum dapatkan kerja dan seterusnya,” imbuhnya.
“Justru sebaliknya bikin janji baru, jelas tertulis tagline itu di jalan raya padahal kekuasaan sudah di tangan. Terus kapan mau dibangun Sulteng yang lebih baik itu?” lugas mantan Wakil Ketua Bidang Media NasDem Sulteng itu.
Terlebih dia menegaskan tidak ada kaitannya meninggalkan NasDem karena menyasar Bacaleg Perindo 2024. Hamdin pun bilang dirinya tidak pamit ketika angkat kaki dari NasDem dalam posisi sebagai kader biasa, kemudian hanya menyatakan sikap melalui rilis pers.
“Ternyata sudah dijawab Sekretaris DPW NasDem, bahwa sebelum saya mundur sudah diajukan pencabutan KTA saya sebagai kader. Berarti tanpa harus pamit juga boleh keluar toh,” tandasnya.
Sementara mantan Ketua DPW NasDem Sulteng, Atha Mahmud, secara umum bersikap sepakat dan sepemikiran dengan Hamdin.
Namun Atha menanggapi isu pemecatan dirinya di NasDem, dengan lugas menampik hal itu.
Sebab saat pengalamannya memimpin NasDem Sulteng 2019 silam, mekanisme mulai pengajuan hingga penetapan pemecatan setiap kader sangat alot disertai syarat ketat.
“Makanya saya heran kalau ada pernyataan (pemecatan) seseorang seperti itu. Saya anggap dia tidak mengerti konstitusi Partai NasDem. Kecuali misal kalau saya kemarin sudah pakai baju Perindo itu memang sudah sah untuk dipecat,” jelasnya.
Merujuk ungkapan Hamdin sebelumnya, bahwa kepala daerah termasuk Gubernur usungan NasDem mengemban janji politik, disebut Atha jadi satu kesatuan melekat bagi keduanya.
“Sehingga harusnya kekuasaan ini dikawal agar dia tidak melenceng dari janji-janjinya, itulah fungsi utama partai politik,” tandasnya.
Kendati menunjukkan sikap tegas melepas bendera partai gagasan Surya Paloh, Atha dan Hamdin turut menegaskan ungkapan terima kasih mendalam kepada seluruh kader NasDem, khususnya kepada Waketum DPP NasDem, Ahmad Ali.
“Utamanya kepada kanda saya, Ahmad Ali. Terakhir beliau mendoakan saya dan Hamdin semoga sukses di partai baru kami. Kami pun menganggap kepindahan kami ini tidak perlu dipersoalkan lebih jauh. Biasa saja,” tutup Atha Mahmud dan Mohamad Hamdin, Politikus Perindo Sulteng. (sf)